Mahasiswa Teknik Geologi UNDIP Kembangkan Peta Kerawanan Longsor di Desa Bulu, Temanggung untuk Mitigasi Bencana

Bulu, 9 Agustus 2024 - Mahasiswa dari Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro telah berhasil menciptakan sebuah peta yang memetakan tingkat kerawanan tanah longsor di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Inisiatif ini merupakan bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertujuan untuk menerapkan pengetahuan geologi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan bencana tanah longsor. Pembuatan peta ini adalah langkah penting dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh tanah longsor di wilayah tersebut.

 

Proses pembuatan peta kerawanan tanah longsor ini melibatkan serangkaian kegiatan yang dimulai dengan pengumpulan data dan analisis geologi secara mendalam. Tim KKN yang terdiri dari mahasiswa Teknik Geologi melakukan identifikasi wilayah-wilayah yang berpotensi tinggi mengalami tanah longsor dengan mempertimbangkan berbagai faktor geologis. Beberapa faktor utama yang dianalisis meliputi kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan di wilayah tersebut. Faktor-faktor ini dianggap sangat penting dalam menentukan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap tanah longsor.

 

Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa tidak hanya mengandalkan teori geologi yang mereka pelajari di kelas, tetapi juga mengaplikasikannya secara langsung di lapangan. Mereka melakukan survei geologi di Desa Bulu, mengukur kemiringan lereng, mengidentifikasi jenis tanah, dan menganalisis data curah hujan untuk memahami bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi potensi terjadinya tanah longsor. Hasil dari survei ini kemudian digunakan sebagai dasar dalam pembuatan peta kerawanan tanah longsor.

 

Peta yang dihasilkan oleh tim KKN Universitas Diponegoro ini menunjukkan berbagai tingkat kerawanan tanah longsor, mulai dari kerentanan rendah hingga tinggi. Setiap tingkat kerawanan ditandai dengan warna yang berbeda pada peta, yang memudahkan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling berisiko. Selain itu, peta ini juga dilengkapi dengan rekomendasi tindakan mitigasi yang dapat diambil oleh masyarakat dan pemerintah setempat untuk mengurangi risiko tanah longsor di wilayah yang rawan. Misalnya, di daerah dengan kerentanan tinggi, disarankan untuk menanam vegetasi yang kuat dan mampu menahan tanah, atau membangun dinding penahan tanah untuk mencegah longsor.

 

Untuk memastikan bahwa peta yang dihasilkan benar-benar akurat dan dapat diandalkan, tim KKN juga menerapkan teknologi pemetaan modern dan analisis geospasial. Teknologi ini memungkinkan mereka untuk membuat peta dengan tingkat presisi yang tinggi, sehingga setiap detail dari wilayah yang dipetakan dapat ditampilkan dengan jelas. Dengan menggunakan analisis geospasial, tim dapat mengidentifikasi dengan tepat daerah-daerah yang paling berisiko terhadap tanah longsor, serta memberikan rekomendasi yang lebih tepat sasaran dalam hal mitigasi bencana.

 

Peta kerawanan tanah longsor ini kemudian diserahkan kepada pemerintah desa dan masyarakat setempat sebagai alat yang sangat penting dalam perencanaan tata ruang dan penanggulangan bencana di Desa Bulu. Peta ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya tanah longsor, serta memberikan panduan bagi pemerintah desa dalam mengambil langkah-langkah preventif yang lebih efektif. Misalnya, pemerintah desa dapat menggunakan peta ini untuk menentukan wilayah-wilayah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal pengelolaan lingkungan, atau untuk merencanakan pembangunan infrastruktur yang lebih aman dan sesuai dengan kondisi geologis setempat.

 

Sekretaris Desa Bulu, Ibu Dwi Woro Hastari, menyampaikan apresiasinya atas kerja keras dan dedikasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro dalam mengembangkan peta kerawanan tanah longsor ini. Menurutnya, peta ini sangat penting dalam merencanakan aksi preventif dan mitigasi bencana di Desa Bulu. Dengan adanya peta ini, masyarakat dapat lebih memahami potensi risiko yang ada di wilayah mereka, serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri dan lingkungan mereka dari ancaman tanah longsor.

 

Selain itu, Ibu Dwi Woro Hastari juga menekankan pentingnya melakukan evaluasi secara berkala terhadap peta yang telah dibuat. Evaluasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa peta tersebut selalu mencerminkan kondisi terkini dari wilayah Desa Bulu. Mengingat bahwa faktor-faktor geologis seperti kemiringan lereng dan kondisi tanah dapat berubah seiring waktu, sangat penting untuk melakukan pembaruan peta secara berkala. Dengan demikian, peta ini dapat terus berfungsi sebagai alat yang efektif dalam perencanaan tata ruang dan mitigasi bencana di masa mendatang.

 

Program KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Diponegoro ini juga menunjukkan betapa pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan praktik lapangan dalam upaya mitigasi bencana. Dengan menerapkan pengetahuan geologi dalam konteks yang nyata, mahasiswa tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat, tetapi juga dapat memperdalam pemahaman mereka tentang bagaimana ilmu geologi dapat diterapkan dalam situasi kehidupan nyata.

 

Lebih jauh lagi, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Bulu tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana. Dengan adanya peta kerawanan tanah longsor ini, diharapkan masyarakat akan lebih waspada terhadap potensi bencana di wilayah mereka, serta lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya tanah longsor. Kesadaran ini sangat penting dalam upaya mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam, serta dalam meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

 

Peta kerawanan tanah longsor yang telah dibuat juga memberikan informasi yang sangat berguna bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan di wilayah tersebut. Dengan informasi yang akurat mengenai potensi risiko tanah longsor, pemerintah daerah dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dalam merencanakan pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan bangunan lainnya. Misalnya, di wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk tidak membangun infrastruktur yang berat atau yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tanah longsor.

 

Selain itu, peta ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memerlukan intervensi lebih lanjut, seperti upaya stabilisasi lereng atau pengendalian erosi. Dengan demikian, peta kerawanan tanah longsor ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan tingkat risiko di berbagai wilayah, tetapi juga sebagai panduan dalam pengambilan keputusan yang lebih bijaksana dan berbasis data dalam upaya mitigasi bencana.

 

Secara keseluruhan, program KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Diponegoro di Desa Bulu ini merupakan contoh nyata dari bagaimana ilmu pengetahuan dapat diterapkan secara langsung untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang aspek-aspek teknis dari geologi, tetapi juga tentang bagaimana ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk melayani masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan adanya peta kerawanan tanah longsor ini, diharapkan Desa Bulu dapat menjadi lebih siap dalam menghadapi bencana, serta dapat mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor di masa mendatang.

 

Penulis:

Muhammad Haikal Aldien Haq

21100121140114


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat